Emily adalah seorang anak perempuan dari
seorang penyihir bernama Elvara. Elvara terkenal sebagai penyihir baik hati
yang senang membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Elvara mengajarkan ilmu
sihirnya pada Emily dan memberinya sebuah tongkat ajaib yang dapat mengabulkan
banyak permintaannya.
Hari itu Emily berkata pada ibunya ingin mengunjungi
Penelope, sahabat ibunya. Dia ingin menghabiskan liburannya dengan bermain
bersama manusia biasa. Ibunya mengizinkan.
Sesampai di sana, Penelope menerimanya
dengan riang, dia berkata, “Aku senang kau mau tinggal bersamaku, Emily. Rumah
ini tak lagi sepi.” Emily melihat tumpukan kain di sudut ruangan. ”Apa yang
sedang Anda kerjakan, Bibi Penelope?” tanyanya. “Oh, aku sedang menjahit
kain-kain itu. Aku sedang banyak pesanan menjahit akhir-akhir ini. Ah … kamu
pasti lapar, aku akan memasakkanmu makanan yang enak,” kata Penelope. “Oh tidak
Bibi Penelope, aku tidak ingin merepotkanmu. Aku ingin membuatkanmu sesuatu,”
kata Emily. Dia pun mengeluarkan tongkat sihirnya, membaca mantra dan wuuuzz ….
Dalam sekejap di meja makan telah tersedia banyak makanan lezat. “Ah … Emily,
kau sungguh membuatku terkejut. Terima kasih atas hidangan ini. Ayo kita makan
bersama,” kata Penelope. Mereka pun makan bersama.
Esok harinya, Emily pergi keluar mencari
anak-anak sebayanya. Rupanya mereka sedang bermain di taman. “Hai kalian,
bolehkah aku bermain bersama kalian?” kata Emily pada anak-anak itu. Mereka
melihat ke arah Emily dan salah seorang bertanya, “Siapa kamu?” “Aku Emily,
keponakan Bibi Penelope,” kata Emily. “Oh keponakan Bibi Penelope. Baiklah, kau
boleh bermain bersama kami,” kata Tasya, anak yang paling imut diantara mereka
semua. Mereka pun bermain hingga siang hari.
Seorang anak bernama Helda berkata, “Aku pulang dulu ya, aku lapar sekali.” Emily mencegahnya, “Aku akan traktir kalian. Aku punya tongkat ajaib yang bisa mengeluarkan makanan lezat,” kata Emily. Mereka semua tak percaya. Emily pun mengeluarkan tongkat dari tas kecil yang dibawanya. Dia membaca mantra dan wuuuzzzz …. Muncullah banyak makanan lezat dihadapan mereka. Anak-anak itu menggosok-gosok mata mereka, tak percaya dengan semua itu. Emily tertawa. “Ayo, kita makan bersama,” katanya. Anak-anak itu ragu, tapi Emily berkata makanan itu aman. Mereka pun akhirnya makan bersama dengan senang.
Hari itu untuk pertama kalinya Emily senang bisa bersama teman-teman barunya. Dia juga senang bisa memberikan makanan lezat untuk mereka semua. Bagi Emily, keceriaan seperti itu jarang dia dapatkan bersama teman-temannya sesama penyihir.
Komentar
Posting Komentar