Cita-cita Ayah

 

Namaku Hardy, aku anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahku seorang sopir angkot dan ibuku penjual sayur keliling. Aku murid kelas 11 di sebuah SMA negeri.

Ekonomi keluargaku pas-pasan, tapi ayahku ingin aku bisa kuliah. Kata ayah, “Pemerintah memberi kemudahan beasiswa untuk anak-anak yang berprestasi. Ayah ingin kamu kuliah, sebagai kebanggaan keluarga kita.” Kata-kata ayah selalu teringat dan aku berusaha sekuat mungkin untuk mewujudkannya.

Beruntungnya aku karena aku termasuk siswa berprestasi di sekolahku. Segera setelah ijazah kuterima, aku mengajukan permohonan beasiswa di program beasiswa negara. Prosesnya memang tak mudah, tapi aku tak boleh menyerah. Akhirnya, aku bisa mendapatkannya.

Aku memilih jurusan Manajemen di sebuah universitas swasta yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah. Aku berkata pada ayah ingin menjadi seorang pengusaha sukses suatu hari nanti. Awalnya ayah meragukan cita-citaku, tetapi ibu memberikan semangat yang besar untuk mewujudkannya.

Sambil kuliah, aku belajar berdagang melalui sosial media. Aku menjual banyak produk yang diminati ibu-ibu, seperti peralatan dapur, perlengkapan kamar mandi, pengharum ruangan, dan sejenisnya. Ternyata, dalam enam bulan aku bisa menabung dari hasil penjualan itu dan aku memberikan hasil jualan itu kepada ayah dan ibu. Pasti mereka terkejut dan tak menyangka bahwa aku bisa melakukan hal itu sambil kuliah. Bagiku, ini sebuah prestasi.

Prestasi akademisku tidak mengecewakan. Dari semester ke semester nilaiku bisa dikatakan cumlaude dan itu membanggakan kedua orang tuaku. Hasil penjualanku juga semakin baik dan aku bisa membantu ayah ibu untuk membiayai sekolah kedua adikku. Ada sedikit rasa bangga dalam diriku karena aku bisa melakukan semua itu untuk membantu ekonomi keluarga.

Tak terasa, empat tahun berlalu dan aku mendapat kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan sebagai tenaga marketing. Aku berusaha bekerja sebaik mungkin tapi juga menjalankan usaha online yang sudah kujalani empat tahun itu. Beruntung sekali adik-adikku mau membantuku mengurus pengadaan barang, pengepakan, dan pengiriman barang. Tugasku hanya marketing untuk semua produk yang aku jual. Semua berjalan dengan baik dan hasil penjualan bisa membantu orang tuaku untuk merenovasi rumah, membeli motor untuk keperluan adik-adikku dan membuatkan toko kecil agar ibuku tidak lelah berjualan berkeliling kampung.

Aku bersyukur cita-cita ayah terwujud. Aku lulus dengan prestasi yang membanggakan, aku pun mempunyai pekerjaan tetap sebagai staf Marketing di sebuah perusahaan, dan aku pun mempunyai bisnis online yang bisa melatih kedua adikku sebagai usahawan. Ada rasa bangga dalam diriku, namun yang pasti aku sangat bersyukur bahwa Tuhan mengabulkan cita-citaku.

 

Pesan moral: Jangan menyerah dalam meraih cita-cita. Meski terlihat sulit, suatu hari ada keberhasilan yang menanti