Dahulu
kala di istana Rawa Hijau, tinggallah keluarga kerajaan. Raja dan ratu
mempunyai seorang putra tampan bernama Pangeran Buncis Dulu dan putri cantik,
Putri Delima. Sayangnya, pangeran sangat malas melakukan apapun. Kegiatan
sehari-harinya makan dan tidur. Raja dan ratu menyerah memintanya bersikap
seperti pangeran yang sesungguhnya.
Putri
Delima kesal dengan sikap kakaknya. Dia meminta seorang penyihir untuk
memberinya pelajaran. Penyihir memberinya sebotol kecil sirup. Putri harus
mencampurnya dengan minuman kakak laki-lakinya itu. Sebenarnya Putri Delima
tidak tahu apa itu, tapi dia mencampurnya ke dalam susu kakaknya sore itu.
Seorang
pelayan membawa susu itu ke kamar pangeran. Tidak ada seorang pun yang
mengetahui apa yang kemudian terjadi. Setelah meminum susu itu, tubuh pangeran
bergetar hebat. Dalam sekejap, dia berubah menjadi seekor katak. Dengan panik,
dia melompat ke sana kemari meminta pertolongan, tapi tidak ada seorang pun di
ruangan itu selain dia. Malam harinya, ratu mengetuk dan masuk ke kamar
pangeran. Dia terkejut ketika tidak menemukannya di sana. Dia hanya menemukan
seekor katak buruk rupa. Ratu berteriak, “Katak … katak!!! Para pelayan masuk
ke kamar itu dan melihat si katak buruk rupa. Mereka berusaha mengusirnya,
namun ajaibnya katak itu bisa berbicara, “Hei … ini aku, Pangeran Buncis.”
Semua orang terperanjat, mereka tidak mempercayai apa yang mereka lihat.
Tiba-tiba, Putri Delima masuk ke kamar itu. Sambil menangis, dia menceritakan
apa yang telah dilakukannya pada Pangeran Buncis. Tentu saja, semua orang
menyalahkannya, tetapi mereka tidak dapat melakukan apapun. Putri Delima
berkata pangeran bisa kembali ke wujud aslinya jika seorang gadis menciumnya.
Pangeran
Buncis lalu melompat keluar jendela dan melompat-lompat di kebun istana. Dia
pun menemukan kubangan lumpur di sana. Dia terjun ke dalam lumpur itu dan
bersembunyi di sana. Tukang kebun menemukannya saat sedang membersihkan kebun.
Katak itu sedang asyik bermain lumpur dan menolak untuk ditangkap. Dia lebih
senang menjadi katak dan bermain-main sepanjang hari daripada menjadi pangeran
dan harus mengikuti aturan istana. Akhirnya, raja memerintahkan supaya tidak
ada yang mengganggu pangeran. Raja mulai lelah dengan sikap pangeran yang tidak
bisa bersikap sebagai pangeran yang bisa dibanggakan.
Suatu
hari, seekor ular masuk ke dalam kebun istana. Tanpa disadari si katak, ular
itu sedang mengincarnya. Saat dia menyadari sedang terancam keselamatannya, dia
melompat ke sana kemari menghindari serangan ular. Gerakan ular sangat cepat
dan itu membuat si katak hampir tertangkap. Katak berhasil sembunyi dari
kejaran ular, dan sejak itulah dia ingin kembali menjadi manusia.
Esok
harinya, si katak itu menemui raja dan berkata, “Ayah, carikan aku seorang
putri yang mau menciumku. Aku ingin menjadi manusia, keselamatanku akan selalu
terancam kalau aku menjadi katak.” Raja terdiam dan setelah beberapa saat
berpikir dia berkata, “Baiklah kalau itu permintaanmu. Tapi kau harus berjanji
menjadi pangeran yang bertanggung jawab. Di kemudian hari kau akan
menggantikanku sebagai raja, jadi kalau kau kembali menjadi manusia, kau harus
belajar bersikap sebagai raja yang bijaksana.” “Baiklah ayah, aku berjanji,”
kata si katak. Raja pun membuat sayembara mencari seorang putri yang mau
mencium katak kesayangannya. Hadiahnya adalah menikah dengan sang pangeran.
Sekian
lama sayembara itu tersebar di penjuru kerajaan, dari kota hingga desa, tapi
tak seorang pun datang untuk mengikuti sayembara itu. Keluarga kerajaan mulai
gusar, apalagi pangeran Buncis. Dia menyesal menjadi seekor katak karena ular
atau burung bangau bisa memangsanya saat dia lengah.
Satu
bulan kemudian, datanglah seorang gadis desa yang sederhana mendaftar ikut
sayembara itu. Raja ragu, namun dia memberi kesempatan pada gadis itu. Sang
katak mendekat dengan ragu, tapi dengan penuh kasih sayang gadis desa itu
meraihnya dan mencium kening si katak. Saat si gadis meletakkannya di lantai, kutukan
penyihir berakhir. Si katak berubah wujud sebagai Pangeran Buncis yang tampan.
Gadis desa itu terkejut saat Pangeran Buncis berlutut dan bertanya, “Apakah kau
mau menjadi istriku?” Dengan ragu, gadis desa itu memandang ke arah raja dan
ratu, mereka mengangguk menyetujui. “Kau telah menyelamatkan putraku, terimalah
permintaannya,” kata raja. Dengan ragu gadis desa itu berkata, “Baiklah.”
Dua
minggu kemudian, gadis desa bernama Melati itu pun menikah dengan Pangeran
Buncis. Pangeran Buncis pun tak lagi menjadi pangeran yang malas, dia belajar
menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Mereka pun hidup bahagia.